Friday, July 24, 2020

2 Years Wedding Anniversary

Tidak terasa sudah dua tahun pernikahan kami, banyak yang bertanya, gimana sih rasanya sudah dua tahun menikah? Me = Ya gitu, Suami = Biasa aja. 😂




Sebagai perempuan yang dulunya gak tertarik untuk nikah, ternyata aku menjalani kehidupan pernikahan dengan lancar-lancar saja. Ada yang nanya randomly (padahal gak deket) hubungan kami gimana, kapan punya anak, apa bakal selamanya di Inggris? Dan lain-lain sebagainya.

Sejak menikah hubungan kami tidak berbeda jauh dengan waktu pacaran, tentu saja kami pernah bertengkar. Namanya juga dua orang yang berbeda tinggal satu rumah, satu atap, tidak mungkin gak pernah ribut sama sekali kan? Sama orang tua atau adik-adik aja pernah ribut, apalagi sama suami? 😂

Tapi mostly permasalahannya dari luar sih, seperti masalah keluarga atau yang lainnya sehingga mempengaruhi mood kita berdua. Kalau dari kami sendiri biasanya karena perbedaan kebiasaan, cara pikir dan juga pengambilan keputusan. Kami berdua dibesarkan di keluarga yang sangat bertolak belakang kebiasaan hidupnya, dengan karakter orang tua dan pendidikan keluarga yang sangat berbeda pula. Karena itu, dari perbedaan-perbedaan itu kami berdua harus belajar bagaimana supaya ketemu titik tengah dan keseimbangan yang baik bagi kami berdua. Tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa.

Selama 2 tahun ini kami hidup nyaman, tentram dan sangat bersyukur kepada Tuhan. Orang-orang bilang kisah cinta dan hidup kami seperti di buku cerita. Namun, kaminya merasa biasa-biasa saja. Ada juga yang bilang mesra banget, tapi kami berdua merasa begini-begini saja. 😂

Selain itu, banyak juga yang kami pelajari, salah satunya adalah bagaimana kami saling support dan mengerti kebutuhan masing-masing. Seperti masalah mental healthku yang cukup parah sehingga sangat mempengaruhi performaku sehari-hari, tapi suami supportive sekali dan selalu membantu aku. Aku juga walaupun ada problem dan sering dapat gangguan (mental), aku selalu tidak lupa untuk menjaga kesehatan jasmani, rohani dan mental suami, karena gak hanya aku yang perlu disupport. Saling support itu perlu walaupun kita merasa lebih lemah.

Bukan berarti jika kita punya masalah maka harus kita terus yang disupport dan inginnya dimengerti orang lain melulu. Kita juga harus (dibalik gangguan itu) berusaha keluar dan bisa mendukung orang lain. Itu prinsip aku sih.

Selama 2 tahun ini kami juga banyak memikirkan tentang rencana-rencana kami ke depan dan apa yang perlu kami lakukan sekarang (tentu saja ada campur tangan Tuhan di sini). Tidak banyak sih, karena kami masih tinggal di Inggris. Jadi mostly kami hanya menikmati hidup saja dan menjalani hari-hari dengan sebaik mungkin. 



Mengenai anak, banyak sekali yang bertanya mengenai hal ini; baik yang sungguhan care atau berharap, yang hanya kepo doank, yang asal nanya gak mikir, dan yang hanya ingin menyindir. 

Lucunya, setelah kami menikah orang tuaku sendiri saja tidak nanya, memaksa, ataupun menagih terus ke aku dan suami. Mungkin orang-orang akan bilang aku egois, namun, egois darimananya? Kalaupun egois, siapa sih yang tidak pernah egois dalam hidupnya? Orang yang memaksakan kehendaknya dan pendapatnya juga egois, dan tidak ada orang yang suka dipaksa.


Yang sudah jadi pembaca blog aku sejak lama pasti sedikit banyak tau pandanganku mengenai pernikahan dan anak, karena dulu aku pernah bahas. Pandanganku tetap tidak berubah walaupun tentu saja aku juga pernah sekilas memikirkan mengenai keturunan, namun kami berdua sama-sama belum merasa kami akan dititipkan anak dalam waktu dekat ini.


Kami berdua mengikat janji di hadapan Tuhan bukan untuk bikin pabrik anak, banyak hal yang lebih penting di hidup ini dan tidak kalah pentingnya dengan 'bikin anak'. Aku tidak khawatir dengan pandangan orang lain mengenai hal ini karena dari dulu aku selalu jujur mengenai pendapatku, hanya saja orang-orang yang melihat aku aneh. Bagiku, orang lain bisa berpikir apa saja tentang kita; yang baik maupun yang buruk. Karena itu, aku lebih fokus kepada apa yang Tuhan ingin aku karyakan di hidupku.

Aku jujur juga kaget sih waktu baru-baru kenal suami, gak nyangka aja ada pria yang pikirannya cukup mirip aku, karena selama ini aku belum pernah ketemu.


Well, iya, untuk orang lain mungkin punya anak jadi lebih bahagia - keluarga lebih harmonis, tapi bagi kami menjadi bahagia itu tidak dengan mengantungkan kebahagiaan dan harapan ke anak. Namun, kebahagiaan itu dimulai dari diri sendiri dan ditaburkan ke yang lain, sehingga tidak hanya anak namun orang-orang yang melihat kami pun dapat merasakannya. Saat ini, walaupun kami belum merencanakan untuk punya anak, kami sangat bahagia dan bersyukur.

Bagi kami berdua, semuanya tergantung rencana Tuhan, kita gak rempong soal ini. Saat Tuhan memberikan kami mandat maka itulah saatnya, tidak akan ada yang bisa menghalangi.

Bisa jadi tahun depan, bisa jadi 2 tahun kemudian, gak ada yang tau.

Aku ini orangnya hati-hati banget dan jika memutuskan sesuatu tidak akan sembarangan. Jadi, kalau memang someday ada guidance dari Tuhan mengenai anak, ya tentu saja akan kami imani. Untuk saat ini, banyak hal di depan yang tidak kalah pentingnya dari itu. Seperti plan untuk settle down, dan juga apa yang ingin atau yang perlu kami lakukan di hidup kami. Setiap manusia yang bernafas memiliki tujuan dan tugasnya masing-masing di dunia ini, jadi kami berdua yakin semua akan indah pada waktunya Tuhan.

Untuk yang berniat menyindir atau menghina aku karena belum punya anak, saranku lebih baik kalian fokus saja ke diri sendiri dulu sebelum mengurusi hidup orang lain. :)

Harga diri dan keberhasilan seorang wanita bukan dilihat dari apakah mereka sudah menikah dan memiliki anak, atau seberapa nurutnya mereka kepada suami.



Kembali ke hidup pernikahan,

Setelah sudah menikah selama dua tahun, hubungan kami menjadi lebih erat karena suka dan duka yang telah kami alami selama beberapa tahun ini. Semua kejadian di dalam hidup kami, baik dari kami sendiri maupun keluarga dan orang-orang di sekitar kami, kami petik pelajarannya dan dimaknai untuk membina diri menjadi orang yang lebih baik.

Kami berdua tidak sempurna, dan kisah cinta kami pun biasa-biasa saja. 

Namun, dibalik hal-hal yang ordinary dan sederhana, kami ingin bersama-sama menjalani kehidupan sebagai satu keluarga dan menemukan makna dari kehidupan ini sampai waktunya kami pergi. :>



Tips Untuk Mencari Pasangan Yang Cocok