Tuesday, February 16, 2021

Suka Duka Covid di Inggris

Jadi, setelah lama menghilang, pertama-tama aku mau share mengenai suka duka masa-masa Covid selama tinggal di UK. Setelah itu, baru berlanjut ceritanya, yang jelas storynya bakal panjaaang, tapi, silakan disimak karena mungkin ada pengalaman yang bisa dipelajari. 

Tinggal di UK sebelum Covid memang cukup fun. Salah satunya karena dari sini dekat kalo mau travelling ke Europe. Selain itu, kesempatan kerja suami juga cukup ok karena bidang dia cukup unik. Tapi, setelah Covid muncul, semuanya berubah. Hari-hari kami dipenuhi ketakutan dan hal yang tidak pasti dari sejak awal national lockdown di sini.


Pertama-tama dimulai dengan panic buying oleh semua orang yang bikin panik satu negara. Kita sendiri juga merasakan susahnya untuk beli bahan kebutuhan sehari-hari karena stok yang kosong. Di saat orang-orang beli sampai berdus-dus, kami hanya bisa beli secukupnya yang bisa di hand carry. Pesan online? Juga tidak bisa, karena yang didahulukan adalah orang-orang lansia dan keyworkers. Kalaupun misalkan aku maksa banget mau beli online, harganya bisa 2x lipat lebih mahal dan lama banget shippingnya. Di saat gak mood masak, mau delivery juga gak bisa karena semua restoran tutup. Kota ini sudah seperti kota mati, dan setiap bertemu orang semua saling menghindar dan curiga..


Apalagi muncul sentimen terhadap orang keturunan China sejak covid menyebar. Kami sendiri beberapa kali mengalami kejadian yang tidak mengenakan yang membuat aku panik karena ada trauma. Waktu kecil aku pernah di-bully soalnya, jadi, perasaanku langsung gak enak dan down. Anxietyku juga jadi semakin parah karena takut keluar rumah.


Kalau kami sedang jalan, kami selalu nengok ke atas karena takut dilempar botol beer dari atas.


Gak enak loh hidup jadi imigran disaat pandemi gini, apalagi kalo gak ada keluarga. Jadi benar-benar berasa sendiri banget dan kalo kenapa-kenapa gak ada yang bisa nolong. Misal aku kena, uda pasti aku dan suami terpisah. Hp gitu gak boleh dibawa kalo ke tempat karantina. Apalagi banyak kejadian suami istri terpisah karena covid, dan akhirnya yang terkena meninggal dunia. Lalu, sampai akhir pun tidak bisa bertemu dengan pasangan. Nah, ini jadi salah satu alasan yang membuat kami hati-hati banget. We can't afford to lose each other.


Di saat-saat sulit itu, aku tetap berusaha ceria dan sewaras mungkin walaupun sulit sekali. Namun, pengalaman tinggal di Inggris kali ini membuat aku bersyukur dan belajar banyak hal juga di tahun awal pernikahan kami. Di sini aku merasakan benar-benar yang namanya mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri & suami. Di sini juga aku belajar esensi dan indahnya pernikahan, yang membuat aku sadar mengenai banyak hal. 


... 


Sudah hampir satu tahun dari sejak lockdown pertama yang mana hari-hari kami habiskan mostly di rumah saja. Tidak bisa bekerja karena covid, dan juga aktivitas sudah hampir tidak ada lagi. Di rumah mau ngapa-ngapain pun rasa uda gak mood. Rasanya seperti terkurung di tempat yang sangat jauh dari semua orang. 


Sampai akhirnya tiba-tiba turun salju pertama di Inggris, wah aku happy banget karena saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga! Entah kenapa, turunnya salju ini seperti jawaban atas doa kami.



Jadi, di bulan July ini visa kami habis. Apakah ada rencana tinggal di luar? Honestly, sebelum tahun kedua aku tinggal di Inggris, kami masih berpikir untuk settle di luar dan tidak kembali ke tanah air. Sempat ada kesempatan kerja di Nice, selain itu, Florence juga tempat yang cukup menarik. Namun, setelah melalui banyak pengalaman dan pertimbangan, dan juga setelah sejak Covid melanda, keinginan untuk settle di luar sirna. Yakin gak yakin, kami bertanya dalam doa untuk jawaban, karena ini adalah masa depan kami. 


Mendung bersalju
Mendung bersalju... 


Kenapa salju bisa menjadi salah satu pertanda? Karena suami ingat waktu awal aku tinggal di Inggris, aku sempat bilang kalau aku ingin merasakan salju di Inggris. Sudah 2 tahun lebih tinggal tapi masih belum lihat, sampai akhirnya di saat-saat terakhir malah salju turun dan memenuhi jalan. Dari jendela kamar, saljunya turun indah sekali dan fluffy. Di situ aku sudah merasa content dan merasa uda saatnya pulang. 


Salju Inggris
Hari cerah bersalju di Birmingham, Inggris


Akhirnya aku bilang ke suami, sepertinya kita harus balik karena feeling aku mengatakan demikian. Eh, ternyata suami juga mikir hal yang sama. Dia bilang setelah 8 tahun dia habiskan di LN, dia merasa Indo tetaplah 'rumah'. Jadi, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke Indonesia (ASAP) for good. 


Ada beberapa yang nanya chance untuk tinggal dan kerja di Inggris gimana ke aku. Saat ini, susah, karena sejak brexit dan Covid, banyak hal berubah. Kalo bukan orang sini dan punya base finansial yang kuat bakal berasa susah banget karena di sini apa-apa mahal. Untuk kerjaan, mesti punya skill yang extraordinary atau pekerjaan di bidang kesehatan/sosial baru chancenya lumayan.


Kalo study, aku gak sarankan untuk saat-saat ini kecuali gak keberatan untuk bayar mahal dan juga lewat zoom. Banyak teman-teman yang study di sini balik Indo masih belum balik UK, ada juga yang uda balik UK tapi UNI akhirnya tutup lagi dan lockdown jadi gak bisa ngapa-ngapain di UK. Selain itu, saat ini untuk masuk UK wajib karantina di hotel dengan biaya pribadi yang kurang lebih £1280.


Ya begitulah kira-kira keadaannya di Inggris, beda banget situasinya dengan Indo yang masih rame dimana-mana. Apalagi Inggris saat ini pusat mutasi virus, jadi memang harus extra hati-hati banget. Memang karena Covid, saat ini apa-apa jadi susah dan ribet, apalagi untuk generasi muda seperti kami yang masih belum settle dan habis pulang dari LN. Tapi gimanapun, tanah air tetap the best lah. 👍🏻 



Bersambung ke story selanjutnya yah mengenai proses kami pulang ke tanah air yang super ribet di saat-saat Covid ini. 

Tips Untuk Mencari Pasangan Yang Cocok