Saturday, January 26, 2019

January: New Job?

Tidak terasa kita telah berjalan di 2019, seperti biasanya, ritual berbagi resolution list di media sosial dimulai. Aku sendiri belum punya resolusi, 2018 lewat dengan begitu cepat, kadang aku masih overwhelmed dengan kenyataan itu.






Apa itu resolusi? Mungkin banyak yang share apa resolusi mereka namun mereka tidak benar-benar tahu apa artinya.



resolution
a firm decision to do or not to do something.
keputusan yang kuat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.


the quality of being determined or resolute.
kualitas seseorang untuk bertekad atau teguh.


Jadi, resolusi itu bukan suatu keputusan yang kita asal buat untuk membuktikan diri kita, namun adalah keputusan kita untuk melakukan sesuatu dengan tekad dan hati yang teguh sehingga hal yang kita putuskan itu dapat terwujud.


Mungkin aku belum tau apa yang ingin aku lakukan sehingga aku belum membuat list resolusiku untuk tahun 2019 ini. Aku sadar dengan membuat list terlalu banyak, biasanya malah tidak ada yang terealisasi. Jadi lebih baik aku fokus satu persatu pada rencana-rencana kecil yang datang di tahun ini tanpa terbebani dengan resolution list.






Di tahun 2019 ini, aku menerima sebuah pekerjaan baru, pekerjaan yang sangat baru untukku.


Pertama kali aku mendengar pekerjaan ini sewaktu aku berada di Indonesia, saat itu Mat memberitahu aku mengenai pekerjaan ini (karena temannya sharing) dan dia berpikir mungkin cocok untukku. Kerjaan apakah itu? Mungkin banyak sekali yang penasaran apasih kerjaan yang aku ambil sekarang?


Sekarang aku bekerja sebagai Carer anak disabled; anak berkebutuhan khusus.


Carer is a family member or paid helper who regularly looks after a child or a sick, elderly, or disabled person.


Sewaktu aku baru-baru sampai di UK, aku hampir bekerja di sebuah cafe sebagai chef, namun akhirnya aku tidak jadi menerima pekerjaan itu karena banyak pertimbangan.


Aku sudah menikah, jadi prioritasku yang utama adalah keluarga. Aku sudah berkomitmen akan menjadi ibu rumah tangga. Bagiku quality time bersama Mat lebih berharga daripada kepuasan material.






Teman kami yang bekerja di tempat anak disabled tersebut, sering bercerita saat sedang sharing dalam forum persekutuan. Ia selalu meminta kami mendoakan supaya anak ini akan mendapatkan Carer untuk menggantikannya. Suatu hari, tidak aku sangka aku bertanya mengenai anak ini secara spontan.


Teman ini (sebut saja si Melati) mendapat pekerjaan baru dan harus pindah ke daerah yang cukup jauh sehingga ia tidak mungkin dapat melanjutkan pekerjaannya disana. Sewaktu mendengar hal ini, aku merasa simpati, namun aku tidak yakin. Aku bertanya kepada Tuhan, apakah aku yang harus menerima pekerjaan ini?


Melati bercerita kalau sempat terbesit dibenaknya kalau ia ingin menawari pekerjaan ini kepadaku, ia juga sudah membicarakan hal ini kepada keluarga tersebut. Temanku ini ingin membantu mereka mencari penggantinya karena mereka sangat membutuhkan. Jujur aku tertarik ingin membantu, namun aku juga tidak ingin menaikan harapan mereka.


Anak ini (sebut saja dia Hope) umurnya sudah 20 tahun keatas, namun karena keadaan, ia memiliki sifat seperti anak kecil. Kondisi Hope sangat kurang sehingga ia tidak dapat melakukan apapun sendiri. Mobiltasnya sangat terbatas. Ia pun tidak dapat berbicara, menggerakan tangannya pun sangat sulit.


Ibunya sakit Arthritis di tangan sehingga sangat sulit untuk mengurus anak ini sendirian, maka itu ia membutuhkan seorang Carer untuk membantunya di rumah.






Akhirnya Desember lalu kami bertemu dengan keluarga Hope untuk pertama kalinya dan melihat kondisinya. Mereka mengajak kami untuk makan bersama di rumah mereka sambil berbincang-bincang. 


Walaupun aku sangat bersimpati, namun aku harus bijak untuk memutuskan hal baru yang dapat mempengaruhi perubahan aktifitas aku di rumah. Berhari-hari aku merenung dan bergumul atas pekerjaan ini. Aku sangat ingin membantu mereka namun aku juga punya tanggung jawab sebagai istri.






Mat sempat bilang kalau ia takut aku akan kelelahan. Ia concern dengan kondisi tubuh aku yang kurang fit, sehingga ia menyarankan aku memikirkan dengan seksama. Ia mengatakan jika pada akhirnya aku tidak jadi mengambil pekerjaan ini, aku tidaklah salah. Mungkin memang kurang cocok untukku, itu saja.


Aku sedih dan sadar dengan kelemahan-kelemahan aku, bagaimana aku bisa mengurus anak tersebut kalau aku saja sering sakit? Walaupun begitu aku tidak ingin mengasihani diriku. Aku harus bersyukur karena walaupun dengan keadaan seperti ini, mungkin aku masih dapat melakukan sesuatu.






Beberapa hari aku melakukan research mengenai orang-orang berkebutuhan khusus, apa yang mereka butuhkan dan kira-kira apa saja yang dapat aku lakukan.


Selama itu, Tuhan selalu mendampingi aku, sadar tidak sadar jalannya sudah ditunjukkan lewat banyak hal. Namun yang paling utama adalah lewat feeling-ku


Akhirnya setelah cuaca mulai sedikit hangat, aku memutuskan untuk memberikan jawaban atas atas pekerjaan ini. Mat menyerahkan semuanya kepadaku, ia percaya aku dapat memutuskan dengan baik dan bijak.


Kami berangkat ke rumah Hope pada Jumat siang, kebetulan Melati juga akan datang kesana untuk bekerja pada hari itu. Saat itu aku sudah memutuskan yang terbaik yang dapat aku berikan.






Aku memutuskan untuk part time selama beberapa jam untuk membantu Hope. Hope sebenarnya membutuhkan full timer, namun aku hanya dapat bekerja part timeMat sempat ragu apakah ibu Hope akan jadi memperkerjakan aku atau tidak, namun tidak masalah. Yang terpenting niat aku memang tulus ingin membantu mereka.


Banyak hal-hal yang menjadi pertimbangan mengapa aku hanya dapat bekerja paruh waktu. Salah satunya adalah kondisi tubuh aku yang kurang cocok untuk bekerja regularly, akan cukup panjang jika aku ceritakan, jadi aku skip saja yah. Mungkin kalau ada yang ingin tahu kapan-kapan aku bisa cerita.






Saat aku menjelaskan semua pertimbanganku, mama Hope mendengarkan dengan seksama. Mamanya ternyata mengerti dengan semua pertimbangan aku, ia sangat senang aku dapat datang walaupun hanya beberapa jam. Karena 1 jam pun berharga untuk mereka.


Sebelum aku memutuskan untuk sharing di blog, sudah ada beberapa teman yang bertanya mengenai pekerjaanku ini. Awalnya aku tidak ingin share mengenai pekerjaanku karena orang cepat sekali berasumsi. Aku tahu ada yang berpikir aku pasti ingin bekerja karena faktor uang. But let me tell you this, aku sama sekali belum tahu dan belum bertanya kepada mereka berapa gaji yang akan mereka berikan sebelum aku memutuskan untuk bekerja, bahkan bertanya angka kepada temanku pun tidak.


Aku tidak ingin bertanya mengenai gajinya dulu sebelum aku sudah bertekad akan membantu mereka, karena aku tidak mau jika keputusanku didasari oleh uang. Aku tidak mau mencampurkan perasaanku dengan hal material. Walaupun aku tau uang itu juga penting, tetapi terkadang bersabar itu berbuah lebih manis.






Sudah 2 minggu aku bekerja di sana, saat ini aku part time dua hari dalam seminggu. Di cuaca yang semakin dingin ini, jujur saja aku mulai merasa agak sakit. Minggu ini setelah pulang kerja, tenggorokan aku radang karena kedinginan, kepalaku terasa sangat berat. Aku butuh istirahat beberapa hari untuk memulihkan kondisi aku. Untungnya, Mat membantu memberikan massage supaya back pain ku terasa lebih baikan.






Awalnya, aku tidak tahu apa saja yang harus aku lakukan untuk menemani dan menghibur Hope, jadi aku lakukan hal-hal yang aku bisa saja. Aku mengajaknya berbicara dan membacakan cerita untuknya. Ia ternyata sangat senang diajak berkomunikasi. Aku juga membawa gitar dan memainkan lagu-lagu untuk membuatnya rileks, diiringi musik terkadang aku mengajaknya berdoa bersama.


Hope memiliki sebuah alat untuk recording suara dengan 4 tombol, jadi aku bisa merekam suara aku di 4 tombol tersebut dengan kata-kata yang berbeda-beda. Kata-kata yang kurekam bisa berupa simple greetings atau beberapa jawaban singkat. Aku dapat berkomunikasi dengannya lewat cara ini, walaupun terkadang juga tidak mudah.



Aku tahu Hope berharap aku dapat mengantarkannya ke sekolah (sekolah khusus), ia senang sekali ke sekolah karena dapat bertemu dengan banyak orang. Namun, aku tidak dapat melakukannya karena membutuhkan waktu seharian. Awal-awal tidak mudah untuk menyenangkan hatinya karena ia bingung mengapa ia tidak dapat pergi ke sekolah. Terkadang ia mengamuk dan marah, namun tenang saja karena Mamanya membantuku menenangkannya.


Aku masih butuh waktu banyak untuk mengerti anak ini, aku butuh kesabaran dan kekuatan untuk dapat membantu mengurus anak ini, namun aku tidak takut, karena aku tahu aku dapat belajar.






Aku ini bukan orang yang baik, bukan malaikat, bukan orang yang sabar, bukan orang yang religius, aku tidak sebaik itu. Aku bisa menerima pekerjaan ini juga bukan karena kekuatanku sendiri, but God. Aku hanya memiliki hati yang bersedia. Aku hanya berharap semoga aku dapat membantu mereka terus selama aku di sini, aku juga berdoa semoga  kedepannya mereka dapat menemukan Carer yang baik yang dapat bekerja full time untuk keluarga mereka. Guys, bantu aku doa yah? :)

Tips Untuk Mencari Pasangan Yang Cocok