Search This Blog

TRANSLATE THIS BLOG

Monday, July 15, 2024

Waspada Follow Orang Depresi | Mental Health

Di era digital saat ini, platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube telah menjadi sumber informasi utama bagi banyak orang, terutama Gen Z. Namun, di balik kemudahan akses informasi ini, ada bahaya yang mengintai: mengikuti saran dari orang yang mengaku depresi tanpa latar belakang medis atau keahlian yang memadai. Mari kita bahas mengapa penting bagi generasi muda dan tentu saja kita semua untuk berhati-hati dan waspada terhadap fenomena ini.


Inggris, 2020


Popularitas dan Bahaya Konten Viral
Di dunia media sosial, konten yang viral sering kali dianggap kredibel dan layak diikuti. Namun, popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas atau keakuratan informasi yang diberikan. Banyak orang yang mengalami depresi menggunakan platform ini untuk berbagi pengalaman mereka. Meskipun niat mereka mungkin baik, tidak semua dari mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang kesehatan mental.

Beberapa individu mungkin membuat video tentang depresi semata-mata untuk menarik perhatian atau mendapatkan pengikut. Mereka memberikan saran yang tampaknya bermanfaat, namun tanpa dasar ilmiah atau keahlian medis, ini bisa berakibat fatal. Generasi muda yang mencari bimbingan bisa saja tersesat dan malah memperburuk kondisi mental mereka.


Bahaya Mengikuti Nasihat Non-Ahli
Depresi adalah kondisi medis serius yang memerlukan penanganan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Mengikuti saran dari seseorang yang tidak memiliki latar belakang medis bisa sangat berbahaya. Saran yang tidak tepat dapat memperburuk gejala depresi, membuat seseorang merasa lebih terisolasi atau bahkan memperburuk risiko bunuh diri.

Orang yang hanya mencari perhatian di media sosial sering kali tidak memahami kompleksitas depresi dan perawatan yang dibutuhkan. Mereka mungkin menyarankan solusi dari pemahaman mereka sendiri yang tidak mendasar seperti jangan melakukan ini atau itu. Padahal, bagi seseorang yang mengalami depresi, terapi dan solusi yang dibutuhkan oleh setiap orang berbeda. Ada yang bisa cocok untuk si A tetapi mungkin tidak cocok untuk si B.


Menangani Depresi dengan Cara yang Tepat
Gen Z harus memahami bahwa menangani depresi membutuhkan pendekatan yang tepat dan profesional. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal sedang mengalami gejala depresi, langkah pertama yang harus diambil adalah mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Mereka memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk memberikan diagnosis yang akurat dan rencana perawatan yang efektif. Bukan malah melihat konten orang depresi yang hanya ingin mencari perhatian, ini bisa menyebabkan gen z yang tidak mengerti jadi ikut-ikutan merasa depresi dan merasa relate, yang malah membuat bubble sendiri untuk merasa mereka berbeda dari yang lain.

Berbicara dengan seorang terapis, mengikuti terapi kelompok, atau mengonsumsi obat antidepresan sesuai resep dokter adalah beberapa cara yang terbukti membantu dalam mengatasi depresi. Terapi kognitif-behavioral (CBT), misalnya, telah terbukti efektif dalam membantu individu mengubah pola pikir negatif dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Ingat untuk selalu mencari bantuan professional.


Pentingnya Sumber Informasi yang Kredibel
Saat mencari informasi tentang kesehatan mental, pastikan untuk mengandalkan sumber yang kredibel dan terpercaya. Situs web dari institusi kesehatan, buku yang ditulis oleh ahli, dan konsultasi langsung dengan profesional kesehatan mental adalah pilihan yang lebih aman dan dapat diandalkan.

Sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi, Gen Z memiliki akses ke berbagai sumber informasi yang tak terbatas. Namun, dengan kemudahan ini datang tanggung jawab untuk menyaring dan memverifikasi informasi yang diterima. Ingatlah bahwa kesehatan mental adalah masalah serius yang memerlukan penanganan profesional dan ilmiah.


Aku sendiri menderita depresi, dan diterapi 4 dokter di Inggris karena aku menderita beberapa disorders (ada yang hampir tidak mungkin sembuh). Kondisi seperti ini sangat mudah untuk mendapatkan perhatian dari orang lain dengan konten-konten emosional dan disturbing. Aku memilih untuk lebih bijak sebelum membuat konten tentang kesehatan mental. Memang aku memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman di sini, tetapi, itu bukan berarti aku menjadikan diriku sendiri objek untuk mendapatkan perhatian. Topik kesehatan mental bukan untuk dimain-mainkan.

Aku pernah dimintai untuk menceritakan pengalamanku dengan kesehatan mental dari awal mula aku bisa mau ke dokter hingga terapi-terapi dan obat-obatan yang aku konsumsi. Terkadang dari pengalamanku, aku bisa membantu orang-orang untuk menyadari juga bahwa kesehatan mental sangat penting. Namun aku mungkin masih belum siap untuk sharing lebih jauh tentang pengalaman pribadi aku.

Sejak balik ke Indonesia aku pernah bertemu dengan 3 dokter, dan dokterku yang terakhir adalah dokter yang membantuku paling banyak. Mungkin kalian pernah dengar namanya, dia adalah Dr. Elvine Gunawan seorang psikiater perempuan. Aku kenal dia karena rekomendasi dokterku yang lain beberapa tahun lalu, mereka semua berlokasi di Bandung.

Mengikuti nasihat dari orang yang tidak ahli dalam bidang kesehatan mental bisa berisiko tinggi, terutama jika mereka sendiri sedang berjuang dengan depresi dan tidak memiliki pemahaman yang memadai. Kalian (terutama gen z) harus lebih kritis dalam menyaring informasi dan lebih berhati-hati dalam memilih siapa yang akan diikuti di media sosial. Pastikan untuk selalu mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang berkompeten dan memiliki kredibilitas dalam menangani masalah depresi. Jangan biarkan popularitas menggantikan profesionalitas dalam mengatasi kondisi mentalmu. Tetap waspada, berpikir kritis, dan prioritaskan kesehatan mentalmu dengan cara yang tepat. xx


Tips Untuk Mencari Pasangan Yang Cocok