Search This Blog

TRANSLATE THIS BLOG

Wednesday, February 17, 2021

Kesulitan Proses Pulang ke Indonesia di Saat Covid

Setelah cerita kemarin, kali ini aku lanjut yah ke proses kepulangan kami ke Indonesia. Jadi, kira-kira 2 minggu sebelum kami berencana pulang suami telpon ke KBRI untuk nanya kira-kira apa yang perlu kami persiapkan untuk pulang dan apakah kami bisa pulang. Nah ini yang terpenting, karena situasi di UK lagi lockdown jadi banyak penerbangan tidak diijinkan.

Salju di Inggris
Bangun pagi langsung keluar lihat salju :D


Lalu, staff KBRI bilang bisa bisa aja pulang dan tinggal pulang aja gak masalah TAPI yang perlu dipersiapkan, yaitu test PCR untuk terbang. Test ini perlu dilakukan maksimal 3 hari sebelum keberangkatan, jadi kalo lebih gak berlaku. Selain itu, saat sampai ke Jakarta harus dikarantina wajib di hotel. Nah ini, hotelnya ditanggung sama pemerintah. Tapi, kalo ambil alternatif free hotelnya random jadi sesuai kesediaan.


Kami tanya apa boleh booking sendiri, katanya boleh asalkan hotel-hotelnya termasuk dalam list hotel yang ada afiliasi dengan pemerintah untuk karantina wajib ini. Suami juga bertanya mengenai Surat Kepulangan, namun katanya tidak perlu jadi kami tidak request saat itu (yang ternyata merupakan kesalahan besar). 😌


Nah, usai bertanya kami segera booking tiket penerbangan, hotel untuk karantina di Jakarta, dan juga booking untuk PCR test. Untuk mendapatkan jadwal PCR ini juga tidak mudah karena slotnya dibatasi, selain itu, hanya beberapa tempat yang diperbolehkan oleh pemerintah.


Kami telah menyesuaikan jadwal penerbangan dengan hari-hari terakhir sewa flat kami. Begitupula dengan pengiriman barang-barang pribadi kami lewat Air Cargo (yang ternyata juga berujung masalah, lol). Semuanya sudah kami planning dan jadwalnya sudah sesuai. Intinya urusan kepulangan sudah cukup oke, tinggal mengatur pemberhentian internet yang pengurusannya juga sangat lambat.


Berhari-hari kami membuang barang-barang yang sudah tidak kami pakai lagi. Baju-baju kami masukan ke kotak sumbangan dan ruangan flat kami bersihkan. Di UK, saat keluar, tidak boleh ada satupun barang yang tertinggal di sana. Semuanya harus dibuang dan dikeluarkan dari flat. Kenapa gak dibawa pulang Indo? Terlalu banyak barangnya, yang bisa kami beli lagi di Indo gak kami bawa pulang.


Yang kami kirim lewat Air Cargo mostly buku-buku, mainan suami, baju-baju, boneka, tas dan sepatu. Itu saja totalnya sudah 17 dus. Barang-barang seperti Ring Light dan Yoga Mat juga aku tinggal karena sudah tidak mungkin dibawa karena terlalu banyak. Ya namanya juga pindahan, apalagi ini pindahan antar negara. 😅


Nah, masalah muncul saat jadwal penerbangan kami tiba-tiba dimajukan 4 hari lebih awal. Saat itu, kami sangat panik karena mendadak sekali. Suami lalu telpon ke TA untuk bertanya mengenai hal ini dan mengganti jadwal kepulangan supaya lebih lambat, tidak lebih awal. Inipun prosesnya sangat lambat dan bertele-tele.


Akhirnya kami geser tanggalnya ke 4 hari lebih lambat dari tanggal seharusnya, karena ini jadwal paling masuk akal. Proses ini juga tidak berjalan mulus karena agency kami minta uang 'pelicin' untuk memproses tiket kami. Padahal dari TA nya sendiri katanya kami tidak perlu untuk membayar apapun lagi. Agency tidak mau bantu kami, dan TA (Turkish Airlines) tidak bisa mengirimkan tiket baru kalau bukan lewat agency. 


Beberapa hari kami mengurus mengenai tiket sampai akhirnya ada satu staff dari agency yang mau membantu kami tanpa minta fee or anything. Ini aku rasa mereka dapat teguran dari TA or penerbangan lain, karena aku yakin kejadian ini gak hanya dialami aku dan suami. Kalo kamu penasaran nama agencynya bisa DM aku yah di IG. 🙏🏻 


Setelah tiket akhirnya beres, kami harus mengganti jadwal PCR test juga, yang mana di Boots terdekat jadwalnya full sehingga kami harus booking di tempat yang lebih jauh.

PCR Tes
Saat menunggu PCR Test di Boots


Aku yang ada motion sickness mendadak kena panic attack waktu perjalanan pergi dan pulang sampai muntah-muntah di jalan dan lemes satu badan. Badan rasanya bau muntahan semua. Tapi, untungnya kami berdua NEGATIVE lagi. 🙏🏻 PTL

Selain PCR test, kami juga harus menelepon V*rgin media karena internet kami diputus. Kalo gak ada internet jaman sekarang susah banget untuk mengurus ini itu. Inipun untuk ngomong dengan CS nya butuh waktu 4 jam menunggu... 


Kami pikir semua sudah kelar, namun, karena hari penenerbangan kami diganti, kami sudah harus keluar dari flat sehari sebelum hari keberangkatan. Jadi, ada 1 hari kami harus mencari tempat tinggal. Aku berencana untuk booking hotel dekat Airport supaya lebih mudah. Biasa kalo booking hotel aku pakai Ag*d*, jadi aku sudah booking hotel dan paid juga. Aku dapat konfirmasi kalo semua sudah ready dan tinggal check in hari H. 


Selain itu, kami juga harus cancel booking hotel di Jakarta dan ganti tanggal check in dan out. Pokoknya karena tanggal flight berubah, semuanya jadi repot banget, harus dibooking ulang termasuk tanggal pickup Air Cargo. 


Suami juga stress dan rada depressed karena research dia yang belum kelar, selain itu, masalah finansial juga karena dia kepala keluarga kan. Ya kami berdua saling support walaupun aku sendiri juga tegang. Di sini aku belajar banyak hal sih, belajar kedewasaan dan juga belajar untuk lebih percaya kepada Tuhan. 


Situasi sangat gak mudah, bisa coba dibayangkan di negeri orang dalam situasi negara lockdown dan tabungan menipis. Gak ada income karena gak bisa kerja (hanya mengandalkan tabungan), suami masih riset dan biaya hidup yang besar di UK. Lama-lama memang bikin sakit kepala, kalo gak stress sih boong. 😂 

Uda itu mau balik adaa aja gangguannya. Benar-benar belajar bersabar dan menguji iman sih. Apalagi sempat ada berita pesawat yang jatuh bikin aku anxious juga. Kepala rasanya penuhh dan gak bisa rileks. Namun, justru di saat-saat seperti inilah Ia ingin kami percaya kepadaNya. 


... 


Akhirnya setelah rentetan kejadian di atas, tiba harinya dimana kami harus out dari flat. Aku bersyukur di saat-saat sulit suami banyak support aku karena badan aku drop banget waktu winter. Dia yang banyak kesana kesini untuk keluar-keluarin barang dari lantai 3 bolak balik tanpa pernah marah, ngoceh or ngeluh ke aku. Buat aku, suami walaupun belum settle tapi dia uda like my hero selalu protect aku. 🥰


Aku diperlakukan seperti sangat berharga oleh suami.. 😭 


Aku juga gak mau ngeluh di saat-saat sulit ini dan berusaha tenang. Kita tetap saling sharing unek-unek, saling menguatkan dan support. Yang jelas kami sama-sama merasa saling percaya dan di saat sulit pun tetap kompak. 💪🏻


Aku juga bersyukur karena di masa-masa sulit transisi ini, kami gak bertengkar/berantem, yang sebenarnya jika ada gesekan itu sangat wajar di saat begini. Malah sebaliknya, aku merasa hubungan kami makin dewasa gak hanya haha hihi or mencoba selalu mesra bak orang baru pacaran aja. But wholly, di masa-masa sulit masih bisa romantis, saling mengasihi, saling mijitin/melayani dan juga saling menghargai.


Hal-hal seperti ini sangat berharga buat aku, karena kondisi kita belum tentu selalu 'enak' dan nyaman. Tapi dimana dalam situasi apapun suami istri bisa saling melengkapi dan saling dukung, saling percaya dan setia. 


Kalo kita berduanya uda solid, rasanya apapun bisa dilalui. Tapi, kami gak boleh kepedean dan terlalu yakin, karena kami berdua hanyalah manusia biasa yang tak luput dari dosa. Tanpa ijin dari Tuhan, kami gak akan bisa sih melewati ini semua. Aku bisa bersaksi gini karena pengalaman pribadi, yang mungkin hal-hal spiritual seperti ini bisa aku sharing di kemudian hari.

Covid di Inggris
Melihat salju sebelum kembali.. 


Ok kembali ke cerita di atas. 1 hari sebelum flight kami mau check in di hotel dekat bandara. 1 hari sebelum check in aku sudah cek situs resmibairport untuk cek-cek kalo ada info yang belum kami ketahui. So far, gak ada yang baru dan semuanya uda aku noted. Di situs tertulis kalau Hotel Ib*s gak menerima customer alias tutup dan N*v*tel masih buka dan menerima. Saat itu aku merasa lega karena aku bookingnya di N. Yang jelas, aku merasa semua hal yang perlu aku perhatikan semuanya sudah di check. ☑ 


Kami naik Uber dari flat ke Airport dengan 3 koper besar, 1 koper kecil dan beberapa printilan lain. Nah saat kami turun, kami tidak boleh masuk lobby dengan mobil. Airport benar-benar sepi kaya gak ada kehidupan dan orang sama sekali. Akhirnya suami menunggu di samping dan aku jalan masuk ke lobby sendiri, pagi itu sangat dingin under 4 derajat dan banyak angin. Aku uda menggigil dan gemeteran saking dinginnya. 


Saat mau check in, ternyata aku ditolak oleh pihak hotel. Katanya yang boleh stay hanya key workers dan juga yang business trip. Lah, aku bingung donk karena di website dan saat booking tidak ada warning apapun. Padahal aku sudah cek lagi 1 hari sebelumnya. Tidak terima aku coba agak melas, tapi sungguhan gak bisa sama sekali karena pihak hotel bisa kena fine kalo melanggar. Aku benar-benar shok dan terdiam. Akhirnya aku tanya ke pihak hotel apa ada hotel lain yang bisa menerima.

Lalu, mereka suggest satu hotel yang dekat bandara. Aku keluar dan samperin suami aku yang kedinginan, uda sedih banget tapi berusaha tegar. Di sini gak ada satupun orang yang bisa bantu kita di dekat sana. Malahan kita diusir disuruh masuk parkiran karena peraturan baru gak boleh ada orang di garis merah, yang mana di sana garis merah semua. 🙄

Akhirnya kami disuruh pindah keparkiran dengan membawa barang segitu banyaknya. Beneran deh, dinginnya benar-benar nusuk dan saat itu aku rasanya uda kaya mau pingsan kehabisan nafas. Jadi, tangan aku semua penuh barang, muka pake masker & face shield, lalu tangan kaki semua uda beku. Rasanya ngos-ngosan banget karena susah nafas, belum lagi bawa barang berattt. Suami uda khawatir banget tapi aku mau bantu bawa barang juga supaya bisa sekali jalan.

Yang jadi masalah adalah setelah aku call ternyata semua hotel gak ada yang bisa menerima kami. Aku sampai mikir apa kami harus jadi homeless 1 hari itu? Di Indo kalo tidur di luar masih ok karena gak dingin, cuacanya enak, lah di sini bisa mati beku.. 😭


Di saat seperti ini, tiba-tiba aku teringat dua teman kami yang pernah beberapa kali menawarkan kami bantuan. Jadi, setiap kali fellowship mereka bilang kalo ada apa-apa mesti bilang mereka karena we are family in Christ. Tapi, kami hanya selalu say thank you aja karena gak mau dikit-dikit minta tolong kalo kami bisa solve sendiri. Nah, saat itu, jujur kami benar-benar blank dan gak tau harus gimana lagi karena situasi benar-benar bikin mental dan fisik drop.

Akhirnya kami telpon dan teman kami Vinh dengan gembira menawarkan untuk menjemput kami di bandara. Selain itu, kami boleh bermalam di rumah dia. Rasanya kaya legaaa banget, walaupun 60 menit menunggu di luar kedinginan tapi at least ada hope. ✨ 

Kami dibuatkan makanan dan disambut dengan hangat. Dia juga bilang dia senang kami bermalam di rumah dia karena dia tinggal sendiri dan sudah lama sekali gak bertemu teman. Aku sudah sangat lelah dan ketiduran selama perjalanan karena rasanya sudah tenang saat itu. Dalam hati hanya terus bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan.

Vinh juga menawarkan untuk mengantarkan kami ke bandara di pagi hari karena ia mau kita bisa save money. Biaya taksi/uber di UK memang gak murah.. Padahal kita gak cerita ke dia, tapi dia tahu kita pasti uda spent a lot untuk pulang. :') 


Untuk hotel yang menolak kami, aku contact Ag*da dan untungnya CS mereka selalu bagus servicenya. Dalam beberapa hari aku sudah di-refund. Yang ini sudah clear. 👌🏻 


Sekedar sharing, untuk kepulangan kami ini kami sudah habis kira-kira £2300 (ini masih belum termasuk yang kecil-kecil). Jumlah yang besar untuk anak belum settle seperti kami. 😅 Tapi, apapun itu yang penting bisa pulang... Kaya lagu Home. Let me go home~~ 

Selama proses perjalanan, aku terus berdoa 'Jesus, I wanna go home. Jesus, you are my medicine and my strength.'


... 

Pagi hari di bandara, kami datang 3 jam lebih awal untuk check in dll. Aku sudah baca di situs sebelumnya kalau proses bakal sedikit lebih lambat, jadi kami sudah siap-siap kalau kenapa-kenapa lagi. Tapiii, Praise the Lord really karena ternyata proses di bandara semuanya lancar dan mulusss. Aku lihat banyak yang kena masalah waktu check in karena masalah PCR dan juga paspor. Untungnya kami gak ada hambatan sama sekali. 🙏🏻

Makan pagi terakhir di Inggris


Situasi bandara gimana? SEPI. Hanya di counter untuk baggage check in yang rame. Jadi ini karena ada aturan pembatasan penerbangan dan juga karena sepi, Turkish gabungin semua penumpang dalam satu hari. Which is cukup horror buat aku ya karena pesawat penuh, bukannya gimana, orang-orang ini gak ada takutnya sama sekali. Masuk pesawat langsung lepas masker donk 🤯, untung langsung ditegur sama pramugari.

Padahal semua awak pesawat uda pakai baju astronot semua, dari atas sampai bawah kebungkus. Selain itu, ada asap-asapnya yang aku duga adalah semprotan disinfectant. Tapii masih ada aja yang bandel. Rasanya kaya aneh gitu lihat semua orang pakai masker sekarang, padahal dulu kalo aku pakai masker dilihat aneh. Sekarang jadi wajar. 😅


Btw, gear aku untuk pulang: masker dua lapis dan face shield. Suami aku face shieldnya hilang dia copot 🙄, tapi dia pakai kacamata dan dua lapis masker juga. Hampir setiap pegang apapun langsung disinfectant tangan. Gak lepas masker sama sekali kecuali minum dan makan.

Belakang kupingku rasanya uda sakiiitttt banget karena pakai masker terus. Tapi, aku lebih takut kena covid, jadi aku tahan-tahanin.


Di perjalanan kali ini kami harus transit selama 8 jam, tapi uda gak ada pilihan lain. Ini satu-satunya penerbangan di minggu itu. Aku dan suami uda gak peduli nunggu berapa lama, yang penting bisa pulang. 😭🙏🏻

Waktu transit di Istanbul, kami udah maunya santai aja gak mikir apa-apa. Langsung makan sushi dan pesan apapun yang kami mau walaupun harganya tau sendiri kalo di Airport kaya apa. Namanya orang stress ini.. 😅

Kami ngobrol dan bersyukur atas semua yang telah kami lewati Tuhan tetap pimpin. Karena jujur gak pernah sekalipun terbayang aku akan mengalami semua kesulitan ini, dimana aku masih bisa tenang dan nenangin suami aku pula. Kadang kalo ingat-ingat aku masih suka amazed sendiri. 😌

Aku yang ingin refreshing menghabiskan waktu untuk shopping dan main game supaya lebih tenang. Obat aku sudah habis dua hari yang lalu karena susahhh dapat dari NHS, yasudah aku pasrah dan beriman kalo mental aku kenapa-kenapa ada suami yang support dan Tuhan bantu kuatkan. Di saat-saat begitu, kita yang manusia biasa hanya bisa bergantung pada siapa sih? Ya Tuhan. 😄🙏🏻

Yang pasti doaku mujarab banget saat itu, and indeed He is my source of strength and peace. Sangat aneh aku bisa merasa calm dan gak panik hari itu, I guess semua ketabahan aku di acknowledge dan diberi ketenangan selama perjalanan, juga keselamatan sampai di Jakarta. 😊



Next story, cerita mengenai pengalaman dikawal di Airport Indo saat Covid, masa-masa karantina di hotel, kesulitan pengambilan cargo, dan juga PCR test yang sedikit berbeda.

Tips Untuk Mencari Pasangan Yang Cocok