Friday, March 06, 2020

Farewell My Angel


Cerita ini ingin aku tulis dalam bahasa Indonesia.


Minggu lalu, aku menerima berita yang sangat mengejutkan dari my sis. Hachi, salah satu guguk peliharaanku mendadak pingsan. Aku sangat sedih dan hari itu aku tidak dapat berhenti menangis karena katanya kemungkinan Hachi tidak akan bisa diselamatkan. My sis sudah sangat merana karena dia menunda membawa Hachi ke dokter beberapa kali walaupun sudah diingatkan oleh papa.

Aku tidak dapat melakukan apapun untuk Hachi selain berdoa dan berdoa kepada Tuhan. Hatiku sangat sakit dan aku tidak dapat berhenti menangis saat aku berada di gereja. Aku hanya dapat menangis dan berteriak memohon agar Tuhan menyelamatkan Hachi.

Tidak dapat berhenti menangis, mendadak salah satu kenalanku di gereja (a chinese malay) bertanya ada apa denganku. Aku memberitahunya kalau aku sedang sangat sedih karena peliharaanku sedang sakit parah dan kemungkinan ia tidak dapat diselamatkan. Alih-alih bersimpati, ia malah sedikit tertawa dan berkata, "It's just a dog you know, God is more important!". Aku hanya terdiam dan sakit hati sekali dengan perkataan dia.

Padahal aku ingin meminta tolong dia untuk membantu mendoakan Hachi, tapi sepertinya itu tidak penting buat dia. Aku sadar bahwa tidak mungkin semua orang peduli pada binatang dan mencintai mereka layaknya mahkluk hidup. Aku juga mengerti mungkin dia tidak mengerti kesedihanku. Tapi please, at least, bisa kan menunjukkan sedikit sympathy? Atau kalau tidak bisa, lebih baik diam saja daripada kata-kata tersebut dapat menyakiti orang lain.

Karena aku jujur jadi kepikiran terus, namun aku mencoba memaafkan dia, mungkin dia tidak mengerti apa yang dia lakukan.




Aku sangat tidak setuju dengan perkataan dia bahwa 'animal is not important'. Di bible, tertulis dimana Tuhan memerintahkan Noah untuk menyelamatkan binatang-binatang dengan berpasangan (satu perempuan dan satu lelaki) supaya kelak mereka dapat berkembang biak. Kalau tidak penting, Tuhan tidak akan memerintahkan secara ekslusif dan berpasangan. Sebelum aku tahu mengenai bible pun aku menganggap binatang itu salah satu bagian penting di dunia.

Well, ini hanya opiniku saja sih.


Di hatiku yang terdalam saat itu, aku sangat tidak rela jika akan kehilangan Hachi. Dia adalah salah satu alasan mengapa aku masih bertahan hidup. Aku tahu mungkin ini kedengarannya aneh, namun Hachi adalah bagian dari keluargaku. Aku sangat bersyukur sudah mengadopsi dia dulu walaupun Hachi sedikit lemah dari kecil. Hachi memang tidak sempurna, namun dari situlah aku belajar menyayangi dan merawat dia.

Aku sangat marah kepada diriku sendiri karena tidak dapat menemani Hachi di sana. Aku ingin melakukan yang terbaik untuknya, namun aku tidak bisa dan itu sangat menyakitkan.


Minggu itu aku tidak dapat berhenti menangis. Aku sangat kesulitan untuk tidur, anxiety yang parah sangat menguasaiku. Setiap menit aku menunggu chat dari my sis untuk mengetahui kondisi Hachi yang terkini. Namun karena Hachi di rawat inap, tidak ada yang mengetahui kabarnya. Feelingku sangat tidak enak mendengar ia tinggal sendirian. Hachi sangat penakut, aku khawatir ia akan merasa ditinggalkan sendirian dalam sakit di sana.

Saat itu, aku sangat berharap aku memiliki doraemon, tapi tentu saja itu mustahil.


Malam itu aku menulis surat kepada Tuhan. Aku memiliki sebuah buku untuk curhat ke Tuhan mengenai masalah-masalahku dan berharap itu dapat mengurangi anxietyku yang sangat parah. Di surat tersebut aku sangat putus asa dan memohon supaya Hachi dapat diselamatkan karena aku percaya dengan kekuatan Tuhan.

Namun, di dalam ketidakrelaanku, aku menyerahkan keputusan itu kepada Tuhan karena aku tidak memiliki kontrol atas kematian dan penyelamatan. Walaupun aku mempercayai keputusan Tuhan, namun tetap saja sangat sulit membayangkan aku kehilangan Hachi, rasanya hancur hatiku berkeping-keping, my sis pun serupa.

Walaupun kami sangat menyayanginya, namun kami berdua lebih memilih yang terbaik bagi Hachi, kami tidak ingin dia lebih menderita lagi.


Senin pagi itu, aku menerima text dari my sis mengenai kepergian Hachi, dia telah pergi...




Aku melihat fotonya yang telah tiada dengan jarum infus di kakinya yang kecil, aku masih tidak percaya tatapannya telah kosong. Beberapa menit kemudian setelah aku dapat berpikir dengan jernih, hanya air mata yang dapat keluar. Aku menangis sejadi-jadinya.

Di bayanganku, Hachi sangat kesepian malam itu dan menunggu kami untuk datang menemaninya. Dia terlihat sangat sedih di foto. Aku menyalahkan diriku sendiri atas kepergiannya, karena aku tidak dapat berada di sana di saat dia sangat membutuhkan aku disisinya.


- - -


Bulan lalu ketika aku pulang sebentar ke Indonesia, aku langsung membawa Happi dan Hachi pergi ke vet untuk check up, konsultasi mengenai kastrasi dan sekalian tes darah.

Happi sangat keras kepala dan agresif, aku tahu sangat sulit untuk menangani dia dan sulit untuk keluargaku juga menjaganya. Aku tidak bisa memaksa orang lain untuk menjadi sepertiku. Kastrasi kemungkinan dapat membuat dia lebih tidak agresif. Namun umur Happi dan Hachi sebenarnya sudah cukup tua. Feelingku kastrasi tidak akan dapat dilakukan, namun aku tetap ingin tes darah mereka untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka.

Happi berumur 9 tahun dan Hachi 7 tahun.

Hachi saat itu sedang tidak bersemangat, jadi aku memberikan perhatian lebih ke dia dan memberitahu dokter mengenai kondisinya. Lalu dokter mengatakan bahwa gusinya pucat dan dia sedang anemia, sisanya dia sehat dan tidak masalah.

Jujur aku agak sedikit ragu dengan dokter ini. Padahal aku sudah cerita Hachi agak sedikit mencret dan terkadang poopnya ada mucus. Namun karena dokternya terdengar baik dan menenangkan jadi aku tidak terlalu khawatir karena aku berasumsi kalau dokter hewan pasti lebih mengerti ketimbang aku yang hanya rakyat jelata ini.

Hachi hanya diberi vitamin untuk anemia.

Pengambilan darah Hachi tidak berjalan lancar karena darahnya susah diambil, nadinya tidak terlihat. Hanya dapat diambil 1x, aku ingin di tes yang dapat mengetahui fungsi organnya juga. Hasil test pertama Hachi dikatakan tidak bagus jadi tidak bisa kastrasi, namun dokter tidak menjelaskan lebih lanjut. Aku bertanya dia hanya bilang tidak bagus jadi sebaiknya tidak perlu dilakukan test ke dua karena kalau dari hasil yang pertama, hasil keduanya pasti juga tidak bagus.

Aku sangat penasaran, namun karena dokter tidak menjelaskan dengan rinci aku juga tidak enak bertanya lagi.

Happi walaupun galak ternyata proses pengambilan darahnya dapat berjalan lancar dan dapat melakukan dua testnya. Hasil test darah ke dua baru dapat keluar besok. Hasil test pertamanya bagus kata si dokter.

Dokter tidak menyarankan apapun setelah pengambilan darah, hanya mengatakan mereka sehat dua-duanya. Aku jadi senang dan tidak khawatir.

Keesokkan harinya, hasil test kedua Happi dikirimkan ke aku lewat WA. Dokter hanya mengatakan kalau hasil testnya kurang bagus dan tidak bisa dilakukan kastrasi. Jujur saat itu, aku tidak menyangka hasil test yang kurang bagus itu ternyata sangatlah parah.

Aku sangat kecewa dengan klinik tersebut karena tidak ada follow up lagi untuk masalah kesehatan Happi dan Hachi. Mungkin aku terlalu mempercayai perkataan dokter yang menangani mereka hari itu, bahwa mereka berdua sehat-sehat saja dan tidak ada masalah.

Memang saat itu aku sedang sangat sibuk dengan semua urusan di Indonesia, insomnia ku sangat parah dalam sebulan itu dan anxiety membuatku sangat overwhelmed. Aku merasa sekitarku sangatlah ruwet dan aku sangat stress saat itu dengan masalah-masalah yang bahkan bukanlah urusanku.

Padahal aku sudah meluangkan waktu untuk membawa mereka check up, namun kualitas dokter memang adalah salah satu hal penting yang dapat membantu kita menyelamatkan anabul kesayangan. Aku sangat menyesal membawa mereka ke klinik tersebut dan bukan ke klinik mereka yang biasa. Apalagi dengan dokter p yang ini, yang menurutku baik, sopan namun tidak professional dan tidak benar-benar care dengan mereka.


Nasi telah menjadi bubur. Penyesalan memang selalu datang terlambat.



Aku masih ingat saat kau datang ke hidup kami Hachi. Kamu sangat kurus dan lemah, dan sangat penakut. Sangat sulit untuk membuat kamu terbuka kepada kami, namun kami memberikanmu kasih sayang yang kami bisa supaya kamu dapat percaya kepada kami.

Aku masih ingat ketika kami mendengar bahwa tidak ada yang ingin mengadopsimu karena masalah kesehatanmu, dan perlahan kamu ditinggalkan satu per satu oleh saudara-saudaramu yang lain. Kami sangat sedih mendengarnya dan ingin membawamu pulang supaya kami dapat menjagamu, dan kamu dapat menemani Happi.

Awalnya, salah satu alasan kami mengambilmu adalah supaya Happi punya teman. Namun hari demi hari kami semakin menyayangimu karena kamu begitu baik dan lucu. Kamu sangat pemaaf, sabar dan kami merasa bahwa kami telah memanfaatkan kebaikanmu. Karena kamu selalu akan di sini, terkadang kami lupa kalau kamu pun dapat jatuh sakit.

Hachi :( kamu bak malaikat kecil yang Tuhan kirimkan kepada kami.




Aku masih ingat kamu yang selalu makan dengan lahap, bahkan sampai merebut makanan Happi. Namun Happi selalu memberikan makanannya untukmu. Bahkan anjingpun dapat berbagi kepada yang lebih kurang beruntung dan lapar. Happi sadar bahwa dirinya sudah lebih dimanjakan dari kecil sedangkan Hachi baru bersama kami setelah umurnya sudah 8 bulan.

Aku masih ingat Hachi di saat kamu punya kesulitan untuk mengunyah dan sering tersedak. Bahkan pernah kamu memasukkan wajahmu ke dalam piring makanmu hingga wajahmu kotor. Aku sangat panik waktu itu karena tidak ingin kamu terluka. Aku mengangkatmu dan kamu masih menjilati mulutmu yang terkena dog food dengan semangat. My baby ❤️

Aku masih ingat sangat sulit untuk mengajarimu disiplin Hachi. Terkadang aku suka marah, namun kamu selalu memaafkan aku. Hingga akhirnya aku menyadari bahwa Hachi spécial ❤️ dan membiarkan kamu melakukan apa yang kamu mau, dan tetap mencintaimu apa adanya.


Aku masih ingat kamu akan mendekatiku dan memberikan punggungmu untuk dielus. Saat aku berhenti, kamu akan meminta lagi dengan polos dan tersenyum. Kamu akan meminta kepada semua orang yang kamu percaya dan mendekati mereka untuk meminta sayang. Kami semua ingat itu Hachi, kau akan tersenyum, menutup matamu dan menikmati kasih sayang itu.


Kami sangat sedih kehilangan kamu Hachi. Kamu begitu baik, kamu datang ke mimpiku saat kamu telah tiada dan aku melihatmu berlari dengan ceria dan semangat di padang rumput hijau yang penuh bunga. Kamu terlihat sangat sehat dan bahagia.

Aku bahagia untukmu Hachi. Saat ini kamu telah bebas dan tidak ada penyakit lagi yang membuatmu menderita. Aku percaya kamu berada di tempat yang lebih baik sekarang bersama dengan Ricky, Hocky, Rocky, Coco, Happy, Unyil, Hitam dan guguk-guguk lainnya yang telah pergi.



Denganmu dan anabul-anabul lainnya yang pernah kumiliki, aku belajar sangat banyak mengenai kehidupan. Mereka membawakanku kebahagiaan dan membuatku dapat bertahan untuk esok. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan atas keberadaan mereka. Terima kasih Tuhan karena aku berkesempatan menjaga dan merawat mereka sehingga aku dapat terus berjalan sampai nafas terakhirku. 🌈💐

Aku sadar bagi manusia berdosa sepertiku, mereka terlalu baik dan berharga. Namun aku yang buruk ini masih dapat memberikan mereka rumah dan kasih sayang, tempat yang hangat dimana mereka dapat merasa aman dan kenyang. Walaupun aku tidak dapat menyelamatkan semuanya, paling tidak aku dapat membantu teman-teman Hachi yang lain lewat cara yang lain.

Hachi mengajari kami (aku dan adikku) banyak hal. Terima kasih Hachi, hidupmu sangatlah bermakna. Kau telah berjuang untuk hidup walaupun dengan badanmu yang lemah. Kau selalu berusaha ceria dan selalu sangat baik.


- - -


Awalnya Hachi akan dikremasi berbarengan dengan anjing-anjing lain oleh adikku. Aku tau dia pasti sangat tidak kuat untuk membawa Hachi dari klinik dan pergi ke Ragunan sendirian untuk kremasi Hachi secara pribadi.

Jujur aku cukup sedih namun aku tidak ingin memaksa karena aku mengerti itu pasti sangat berat untuknya. Aku hanya bilang, jangan sampai ada penyesalan lagi. Ini adalah saat terakhir kita dapat melakukan yang terbaik untuk Hachi dan supaya ia tahu kalau kita sangat sayang padanya dan tidak meninggalkannya.




Tuhan sangat baik. Beberapa hari kemudian adikku berkata ia memutuskan untuk membawa Hachi untuk dikremasi secara pribadi di ragunan. Aku sangat terkejut karena dia sudah berani keluar dari ketakutannya. Itu bukanlah hal yang mudah, dan aku memuji Tuhan untuk hal itu

Saat ini sebagian abu Hachi sudah di rumah dan disimpan. Itu bukanlah tanda bahwa kami masih attach dengannya atau kami tidak rela, namun sebagai kenang-kenangan bahwa Hachi pernah ada disamping kami.

Hachi, selamat jalan dan sampai jumpa lagi.

We love you Hachi. ❤️


Walaupun tanganku sudah kaku dan aku tidak percaya diri, namun untukmu Hachi, aku dapat menggerakan jari-jariku yang lemah. Hachi sayang, mom akan selalu ingat padamu. 









Tips Untuk Mencari Pasangan Yang Cocok